Sebuah Ruang

Sebuah Ruang

Dalam ruang kecil inilah semuanya hampir habis kita bagi
Dari urusan sepiring nasi sampai selimut
Lelucun-lelucun konyol sampai kesedihan paling indah
mengalir bagai sepi mucul tiba-tiba di balik bulan
Kita semua basah dalam anggun pemberontakan yang sama

Cinta juga lekat di sini
Berkerudung dalam kelakar jingga tua
pada melodi tersembunyi—tapi bisa kita nikmati bersama

Tumpukan koran sedikit berantakan, beberapa buku
berserakan menunggu dua tiga pasang mata semoga perihatin

Apa yang sesungguhnya kita cari? Di luar, tidak banyak orang
yang menerima kebenaran diri serupa iblis. seolah
setiap mulut bersikukuh, “akulah kebenaran!”

Toh kita menyadari ternyata keadilan
saja tidak cukup. Keadilan telah jadi komoditas. Sambil
sesekali menyesali rapat redaksi yang dead lock,
diam-diam kita bangun sebuah dunia tanpa intimidasi
dan beberapa hal paling banci dari birokrasi kolot

Sesak dada kita menyatu menjadi semacam gumpalan
konon, roda kegetiran berlari lewat gumpalan-
gumpalan itu.

dari sini, dari ruang kecil dimana semuanya bermula
entah sampai kapan

‘segalanya pasti berubah’

Dapur Redaksi Tabloid Ideas, Desember 2007

puisimu begitu kuat


sory aku copy dan simpan dikomputermu tanpa ijin...hehhee
tetap menulis jek!! jangan berhenti...antology tulisanku dah kelar, dah selesai lay out,,,tapi tinggal tunggu biaya nih buat nyetak sendiri,,,,mau ikit bantu,,,hehehehe


hmmmm judulnya sketsa senja, semua tulisanku yang telah terpublikasi aku kumpulkan disitu,doakan semoga cepat selesai. kamu kebagian satu deh,,,tapi kalo mau bantuin pasarin kamu dapet untung dari kerjamu,,,hehehe

katanya soekarno ; hakikat hidup butuh makan
mau makan harus kerja, tidak kerja berarti tidak makan tidak makan berarti mati...


ayo jadi masyarakat pekerja!!!!